Abstrak
Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya dalam bentuk kain tradisional, salah satunya kain tenun dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Kain tenun dari tiap etnik di NTT memiliki cirikhas motif masing-masing yang merupakan manifestasi kehidupan sehari-hari, kebudayaan dan kepercayaan masyarakat setempat. Di mata pemerhati kain tenun NTT, asal kain tenun dapat diketahui dari motifnya. Tidak semua orang dapat membedakan asal daerah dari motif kain tenun tertentu dikarenakan sulitnya mendefinisikan karakteristik motif kain tenun suatu daerah dan beragamnya motif kain tenun yang ada dan komposisi warna yang beragam pula. Analisis tekstur adalah teknik analisis citra berdasarkan anggapan bahwa citra dibentuk oleh variasi intensitas piksel, baik citra keabuan maupun warna. Motif kain tenun terbentuk dari variasi intensitas warna sehingga dapat dipandang sebagai tekstur berwarna dari kain tenun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diantara pendekatan analisis tekstur menggunakan Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) yang dikombinasikan dengan momen warna dan pendekatan analisis tekstur menggunakan Color Co-occurrence Matrix (CCM), metode manakah yang memberikan hasil lebih baik untuk klasifikasi motif kain tenun NTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk klasifikasi motif kain tenun NTT, pendekatan analisis tekstur menggunakan metode CCM memberikan hasil lebih baik dibandingkan pendekatan analisis tekstur menggunakan GLCM yang dikombinasikan dengan momen warna.
Kata kunci—klasifikasi citra, GLCM, CCM, momen warna, motif kain tenun NTT Abstract
Pendahuluan
Indonesia memiliki banyak kekayaan budaya dalam bentuk kain tradisional, seperti songket, batik dan tenun. Salah satu provinsi yang memiliki kain tenun dengan motif yang begitu beragam adalah Nusa Tenggara Timur (NTT). Tiap kesatuan etnik di NTTmemiliki ciri budaya yang diterjemahkan dalam kain tenun tangan tradisional dan menciptakan pola dan motif kain tenun masing-masing yang merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari, kebudayaan, keadaan alam, dan kepercayaan dari masyarakat setempat.Di mata pemerhati kain tenun NTT, asal sehelai kain tenun dapat diketahui dari motifnya [1]. Namun tidak semua orang dapat membedakan asal daerah dari suatu motif kain tenun tertentu dikarenakan sulitnya mendefinisikan karaktersistik motif kain tenun dari suatu daerah dan begitu beragamnya motif kain tenun yang ada dan dengan komposisi warna yang beragam pula. Klasifikasi suatu objek dapat dilakukan secara tidak langsung dengan cara melakukan klasifikasi citra objek tersebut berdasarkan fitur-fiturnya. Beberapa fitur yang dapat diekstrak dari sebuah citra adalah warna, bentuk dan tekstur [2].Analisis tekstur adalah salah satu teknik analisis citra berdasarkan anggapan bahwa citra dibentuk oleh variasi intensitas piksel, baik citra keabuan maupun citra warna [3]. Menurut [4] mengatakan bahwa sangat sulit untuk mendefinisikan secara jelas ciri-ciri yang merepresentasikan karakteristik dari tekstur pada suatu citra. Begitu pula dengan kain tenun dari NTT dimana motif kain tenun dari suatu daerah sangat sulit untuk didefinisikan karakteristiknya agar dapat dibedakan dengan motif kain tenun dari daerah lain. Motif ini terbentuk dari variasi intensitas warna sehingga motif kain tenun dapat dipandang sebagai tekstur berwarna dari kain tenun tersebut. Analisis tekstur dilakukan dalam upaya mengekstrak fitur-fitur atau ciri-ciri dari sebuah citra agar dapat dilakukan pengenalan atau pembedaan citra pada suatu kelas dengan citra pada kelas lainnya.
Untuk lebih lengkapnya silahkan klik link donwload dibawah ini :
Post a Comment
Post a Comment